Berada di Zaman Old, Bupati Jarot Tidak akan Berhenti Bermain

  • Whatsapp
Bupati Sintang, Jarot Winarno memotong kue ulatang tahunnya ke-59, Selasa (22/1/2019), sekitar pukul 00.00 WIB

LensaKalbar – Keceriaan terpancar di wajah Bupati Sintang, Jarot Winarno saat duduk santai di salah satu warung kopi, Jalan Lintas Melawi, Kabupaten Sintang, Selasa (22/1/2019) sekitar pukul 00.00 WIB.

Di awal pergantian tanggal itu, Jarot Winarno mendapat kejutan spesial dari para kolega, sahabat, dan tim pengawalan yang selalu setia menemaninya melakukan kunjungan kerja di pedalaman Sintang, di Hari Ulang Tahunnya ke-59.

Bacaan Lainnya

Orang nomor satu di Bumi Senentang itu, lahir di Klaten, 22 Januari 1960 silam. Kini usianya sudah memasuki zaman Old. “We don’t stop playing because we grow old. We grow old because we stop playing”.

“Kita tidak pernah berhenti bermain. Karena kita menjadi tua. Tetapi, kita menjadi tua, karena berhenti bermain. Jadi terus bermain saja,” ucap Bupati Sintang, Jarot Winarno kepada Lensakalbar.com.

Menjadi sosok tua, kata Jarot, adalah Sunnatullah. “Itu keniscayaan lah yang tidak bisa kita hindari,” ujarnya.

Menurut Jarot, bahagia kalau hidup menjadi tua itu, ada dua hal. Pertama, hidup dilewati ini banyak yang kita lalui dalam hal yang baik. Seperti melakukan kemaslahatan bersama dan kepentingan orang banyak. Kedua, menjadi tua selalu dapat melihat generasi baru yang tumbuh.

“Salah satu tugas pemimpin itu adalah pengkaderan. Jadi saya menjadi tua, tapi optimis dengan Sintang lah. Tiba saatnya nanti mereka generasi muda yang melanjutkannya,” kata Bupati Jarot.

Di usianya yang ke-59 ini, Jarot mengaku banyak tugas dan tanggungjawabnya yang belum dapat diselesaikan. Dengan masa jabatannya sebagai Bupati Sintang tinggal 2 tahun 3 minggu lagi. Semua yang direncanakannya pun harus terselesaikan.

“Tinggal dua tahun nih, waktu kita. Tapi, Alhmdullah kan banyak yang sudah kita mulai. Tinggal diselesaikan saja. Petama kita lakukan percepatan. Kedua, determinasi. Determinasi ini duit sedikit, waktu sedikit harus beres,” tuturnya.

Selain itu, Jarot mengaku bahwa jadi bupati itu ada namanya Over Churity Choice.  “Yang paling mahal jadi bupati adalah hilangnya kesempatan untuk hidup pribadi.  Kalian lihat aja nih, jam 12 malam orang lain ulang tahunnya merayakannya dengan anak, istri, dan pacar. Jadi gak gampang jadi bupati. Karena harus siap mengorbankan segala-galanya,” tutup Jarot. (Dex)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *