Breaking News
light_mode

Komitmen Jaga Kelestarian Hutan dan Populasi Orangutan

  • calendar_month Sab, 26 Agu 2017
  • comment 0 komentar

*Melihat Sekolah Orangutan di Tem’bak

 

LensaKalbar –  Selasa (14/8), LensaKalbar.com mengunjungi Dusun Tem’bak Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak. Gurung Mali disebut-sebut oleh masyarakat sintang sebagai pusat pendidikan orangutan di Sintang. Wilayah itu, juga memiliki kondisi hutan yang masih primer dan dinilai layak untuk keberadaan orangutan.

Dusun Tem’bak berada sekitar 68  kilometer dari Kota Sintang.  secara administratif terletak di Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang. 90 persen infrastruktur menuju wilayah itu berstruktur tanah. Maka, tak heran pula jika musim penghujan kondisi jalan terlihat licin dan dikala musin panas jalan akan berdebu.

Tem’bak merupakan tempat reintroduksi bagi orangutan yang akan dilepasliarkan ke hutan. Pusat rehabilitasi Sekolah Orangutan Tem’bak ini pun terletak di dalam kawasan hutan primer yang berjarak kurang lebih 800 kilometer dari pemukiman masyarakat Tem’bak. Letaknya, persis diatas pegunungan.

Sekolah orangutan Tem’bak ini pun dikelola oleh Sintang Orangutan Center (SOC) yang bekerjasama dengan Yayasan Kobus.

Begitu masuk ke dalam pusat rehabilitasi ini, LensaKalbar.com pun disajikan dengan kondisi hutan yang masih primer. Udaranya begitu nyaman ketika dihirup. Disisi kanan dan kiri juga telihat pohon-pohon tua yang masih berdiri tegap dan tinggi. Tak sedikit pula orangutan didalamnya. Terdapat 13 orangutan yang sedang menjalankan pendidikan.

Disana, mereka diajarkan belajar dan bermain. Ternyata, tidak hanya manusia juga yang harus belajar dan bermain.  Buktinya, orangutan juga harus bersekolah untuk dapat belajar dan bermain. Bedanya, orangutan tak diajarkan mengenai ilmu matematika, fisika atau bahasa seperti yang dipelajari manusia pada umumnya.

Di Sekolah Orangutan Tem’bak. Mereka diajarkan untuk dapat memanjat pohon, mengenali beberapa jenis makanan alami serta mengenali lawan dan kawan mereka. Mereka semua pun dilatih dan diajarkan beberapa hal untuk dilepas secara liar. Sayangnya, LensaKalbar.com tidak diperkenankan mendekati orangutan. Apalagi, masuk hingga mendekati orangutan.

Alhasil, hanya sebatas  portal pintu masuk kawasan rehabilitasi sekolah orangutan Tem’bak yang menjadi pembatas antara LensaKalbar.com dan tempat bermain orangutan.

Staf SOC, Nurdiana yangmengelola pusat rehabilitasi orangutan di Tem’bak mengatakan, ada 13 orangutan yang sedang dilatih secara mental olehnya dan dibantu enam petugas SOC lainya.

Sekolah orangutan ini hanya mengajarkan tentang bagaiaman orangutan itu mencari makan, membuat rumah sendiri serta di didik cara memanjat dan melompat.

Sekolah ini pun dibangun sejak 2011. Namun, baru beroprasional pada tahun 2013 dengan jumlah lima individu orangutan. Untuk saat ini sudah ada 13 individu diantaranya ada lima yang masih bayi.

Nurdiana menjelaskan, 13 orangutan ini akan terus dilatih hingga mereka bisa hidup secara mandiri ketika dilepasliarkan. Sebab, ada lima kritera orangutan layak untuk dilepasliarkan. Pertama, dilihat dari  mereka sudah bisa membuat sarang atau belum. Kedua, apakah mereka sudah bisa bergerak dan memanjat dengan baik atau belum, karena ada 11 gerakan yang harus dilihat dari orangutan itu sendiri. Ketiga, apakah mereka dia sudah mengenal makanan alami dan liar dihutan, minimal 25 jenis makanan dan setengah dari 25 jenis makanan mereka harus mengenalnya. Keempat, apakah mereka sudah mengalami satu putaran ketersediaan makanan dan tidak ketersediaan makanan. Kelima, apakah mereka sudah bisa lebih menyukai habitatnya atau belum.

“80 persen orangutan ini mengkonsumsi buah. Selain itu, mereka juga makan tanah,“ jelas Nurdiana.

Kemudian, ada dua aspek rehabilitasi yang dilakukan SOC terhadap orangutan. Pertama, rehabilitasi kesehatan dan rehabilitasi tingkah laku. Sebab, dari 13 orangutan yang dilatihnya ini kebanyakan tidak memenuhi syarat. Contoh, ada orangutan yang datang ke Sekolah Orangutan Tem’bak ini lebih senang makan indomie dan minum cocacola.

“Pola makan dan minum itulah yang kita rubah di pusat rehabilitasi Sekolah Orangutan Tem’bak,” katanya.

Hampir rata-rata, orangutan yang datang ketempatnya memiliki prilaku keseharianya seperti manusia. Memang, tidak dipungkir juga bahwa DNA orangutan dan DNA manusia pada umumnya hanya selisih 3 persen.

“97 persen DNA orangutan sama dengan DNA manusia. Hanya selisih 3 persen saja untuk mendekati DNA manusia pada umumnya,” jelasnya.

Ia menyatakan, banyaknya spesies orangutan yang ditangkap dan dipelihara oleh warga, merupakan dampak pembalakan liar dan investasi perkebunan. Hasilnya, orangutan hilang tempat hidupnya.

“Mereka akhirnya lari kekebun masyarakat, pemukiman dan ditangkap warga. Masyarakat yang tidak tahu kemudian memeliharanya. Sementara, makin luasnya perkebunan, juga membuat mereka terganggu,” ujarnya.

Sekolah Orangutan Tem’bak ini memiliki luas lahan kurang lebih dua hektar dengan kondisi hutan yang masih primer dan cocok untuk orangutan kembali mengenali tempat tinggalnya serta makanan dan minumannya. Lahan dua hektar ini pun milik warga setempat yang diperuntukan untuk tempat belajar orangutan.

Keberadaan orangutan di Dusun Tem’bak juga disambut baik oleh masyarakat setempat. Buktinya, masyarakat dengan sukarela memberikan lahan mereka seluas dua hektar untuk dijadikan tempat pendidikan orangutan.

“Masyarakat dusun tidak merasa keberatan akan keberadaan orangutan diwilayahnya. Bahkan, masyarakat sangat menyambut baik keberadaan orangutan tersebut,” kata Tokoh Masyarakat Dusun Tem,Bak, Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak.

Menurutnya, orangutan adalah spesies yang termasuk langkah dan hanya ada dua di Sumatera dan di Kalimantan. Nah, untuk yang di Kalimantan Barat sendiri sudah sepatutnya kita jaga kelestarianya agar tidak punah. Sehingga kelak anak-anak kita dimasa mendatang dapat melihat secara langsung orangutan sesungguhnya itu seperti apa.

Selain itu, di Tem’bak terdapat beberapa habitat langkah yang hidup secara bebas. Namun, keberadaanya saat ini sudah terancam punah. Contoh, binatang landak. “Dulu sering kami jumpai. Bahkan menjadi ajang berburu. Tetapi untuk ssaat ini sudah susah melihatnya. Kita dulu tidak tahu kalau itu spesies yang langka dan dilindungi. Tapi, setelah kita tahu maka saya dan masyarakat di Dusun Tem’bak ini  komitmen untuk menjaga kelestarian binatang  yang hidup dihutan secara bebas,” katanya.

Nayau mengaku masyarakat Tem’bak merasa cinta terhadap orangutan. Karena cintanya dengan orangutan dan untuk menjaga kelestariannya, tidak satu pun investasi perkebunan diizinkan untuk beroprasional di wilayahnya. Sebab, dinilai mengancam kelestarian hutan dan habitat yang hidup didalamnya.

“Jadi, kami masyarakat Tem’bak sudah sepakat tidak memberikan ruang untuk investasi perkebunan masuk di wilayah Tem’bak. Karena, kita tidak mau hutan kita yang masih asri dan primer ini lalu dirusak dan dibabat habis-habisan. Belum lagi kondisi habitat yang hidup didalam hutan itu tentu akan punah akibat masuknya inventasi perkebunan,” tutur Nayau.

Terpisah, Dedi Hendri Santoso, Sub Edukasi dan Penyadartahuan SOC Sintang mengatakan, SOC memiliki 2 pusat rehabilitasi orangutan. Pertama di pusat kantor SOC di Jalan Hutan Wisata Kecamatan Sintang. Kedua, di Dusun Tem’bak Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak. Di SOC hanya sebatas pemeliharaan kesehatan secara fisik orangutan. Sementara, di Tem’bak dilakukan pendidikan orangutan agar mental mereka kuat ketika dilepasliarkan nantinya.

Sebanyak, 35 orangutan yang direhabilitasi di SOC. Dari 35 individu orangutan itu terbagi dua kelompok. Kelompok pertama ada 23 individu yang menjalani proses rehabilitasi kesehatan. Kelompok kedua, ada 13 individu yang menjalani proses pelepasliaran di Sekolah Orangutan Tem’bak.

“Sebelum dilepasliarkan, semua individu orangutan harus dalam keadaan fit. Begitu juga kondisi fisik dan mental mereka,” kata Dedi Hendri Santoso, (18/8) ketika berbincang dengan LensaKalbar.com di Kantor SOC Sintang.

Dedi mengaku 35 orangutan yang ada saat ini merupakan hasil sitaan BKSDA. Kemudian, dititipkan kepada SOC untuk dilakukan rehabilitasi secara fisik dan mental.  Populasi orangutan saat ini sangat terancam punah.

“35 orangutan itu merupakan populasi yang ada di Kalmantan Barat dan berhasil disita oleh BKSDA. Jadi keberadaannya sudah sangat terancam punah,” ungkapnya.

Untuk perkembangbiakan atau proses kawin orangutan, kata Dedi, tidak dilakukan oleh SOC. Sebab, peran SOC hanya sebatas rehabilitasi kesehatan dan tingkah laku saja.

“Proses perkembangbiakan diluar kewenangan kita. Namun, pada umumnya prosesnya kurang lebih yang dilakukan oleh manusia ketika memasuki musim kawin,” kata Dedi.

Kemudian, Dedi menyebutkan tidak lama lagi pihaknya akan merilis tujuh orangutan yang sudah siap secara kesehatan dan mental untuk dilepasliarkan. Lokasi pelepasliaran orangutan pun telah disurvei dengan melihat ketersediaan bahan makanan dan kondisi hutan apakah layak atau tidaknya orangutan berada disana. Hasilnya, SOC dan BKSDA memilih Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu sebagai tempat pelepasliaran tujuh orangutan.

“Sudah kita survei. Taman Betung Kerihun memenuhi syarat dan kriteria untuk orangutan tetap bertahan hidup secara liar. Beberapa makanan alami seperti, buah-buahan, daun muda umbut-umbutan, kulit kayu, serangga dan rayap juga tersedia disana,” paparnya.

Sementara, Wakil Bupati Sintang, Askiman menyatakan bahwa pemerintah Sintang sangat mendukung akan adanya aktifitas orangutan di Dusun Tem’bak itu.  Hanya saja, kewenangan penuh dalam menjaga kelestariannya ada di BKSDA.

“Pemerintah Sintang hanya akan melihat apa saja sisi yang pantas  yang bisa menjadi bagian dari pemerintah dalam menjaga hutan primer dan kelestarian orangutan itu,” kata Askiman.

Untuk saat ini, tambah Askiman, Pemerintah Kabupaten Sintang sedang fokus memperbaiki infrastruktur jalan menuju ke Tem’bak. Sehingga, disana bisa menjadi perhatian lebih baik lagi.  Sebab, disana merupakan wilayah terpencil dan tertinggal. (Dex)

  • Penulis: lk-02 lk-02

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Pilkades Serentak 2022, Cakades Harus Siap Menang dan Kalah

    Pilkades Serentak 2022, Cakades Harus Siap Menang dan Kalah

    • calendar_month Ming, 12 Jun 2022
    • 0Komentar

    LensaKalbar – Pemerintah Kabupaten Sintang telah menetapkan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di 72 desa, pada 18 Oktober 2022. Pesta demokrasi inipun diharapkan berjalan dengan aman, lancar, dan kondusif. Hal ini diungkapkan Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Santosa ketika ditemui sejumlah awak media di ruang sidang Paripurna DPRD Sintang, […]

  • PKS Mempawah Gelar Musda VI, Wabup Juli Tekankan Rekonsiliasi dan Konsolidasi

    PKS Mempawah Gelar Musda VI, Wabup Juli Tekankan Rekonsiliasi dan Konsolidasi

    • calendar_month Ming, 7 Sep 2025
    • 0Komentar

    LensaKalbar – Wakil Bupati Mempawah, Juli Suryadi, menilai Musyawarah Daerah (Musda) VI Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Mempawah menjadi momentum penting untuk memperkuat konsolidasi partai sekaligus merumuskan strategi menghadapi pemilu mendatang. Dalam sambutannya di Wisma Chandramidi, Minggu (7/9/2025), Wabup Juli menegaskan bahwa musda bukan sekadar forum evaluasi kinerja pengurus, tetapi juga […]

  • Siapkan 3 Ribu Kit Antigen di Posko Sepulut
    OPD

    Siapkan 3 Ribu Kit Antigen di Posko Sepulut

    • calendar_month Kam, 6 Mei 2021
    • 0Komentar

    LensaKalbar – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh menjelaskan bahwa pihaknya menyiapkan 3 ribu kit antigen untuk mendukung operasional Posko Covid-19 di Sepulut. Posko penyekatan di Desa Sepulut resmi operasional untuk memerika orang masuk Sintang selama 24 jam. “Di posko Covid Desa Sepulut ini, kita siapkan 3 ribu kit antigen. Yang tidak membawa surat […]

  • Dewan Usulkan Tiga Raperda, Salah Satunya “Tapping Box”

    Dewan Usulkan Tiga Raperda, Salah Satunya “Tapping Box”

    • calendar_month Sen, 27 Mar 2023
    • 0Komentar

    LensaKalbar – DPRD Kota Pontianak mengusulkan tiga Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) inisiatif. Ketiga Raperda itu adalah Raperda Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita, Raperda Pengaturan Pelaku Usaha yang Potensial dengan menggunakan Tapping Box, dan Raperda Penyelenggaraan dan Penataan Rumah Susun (Rusun). Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan mengutarakan pentingnya penggunaan tapping box bagi […]

  • Sepakati APBD 2024 Rp2,069 Triliun

    Sepakati APBD 2024 Rp2,069 Triliun

    • calendar_month Sel, 27 Agu 2024
    • 0Komentar

    LensaKalbar – Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian menyatakan, pihak legislatif dan eksekutif telah menyepakati Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Pontianak tahun anggaran 2024, menjadi Peraturan Daerah (Perda). “Setelah melalui proses pembahasan formal oleh Badan Anggaran DPRD bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah, maka pada hari ini sampailah […]

  • Layanan Gratis Kursus Bahasa Asing di Pontianak

    Layanan Gratis Kursus Bahasa Asing di Pontianak

    • calendar_month Sel, 20 Jun 2023
    • 0Komentar

    LensaKalbar – UPT Pusat IPTEK dan  Bahasa Kota Pontianak menyelenggarakan kelas kursus bahasa asing secara gratis yang pendaftarannya cukup secara daring (online). Tersedia enam kelas kursus bahasa asing yang bisa dipilih, yaitu bahasa Arab, bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Mandarin, bahasa Korea, dan bahasa Inggris. Bagi yang tertarik, bisa mendaftar pada tautan bit.ly/daftarkelasbahasauptd. Plt Kepala […]

expand_less