LensaKalbar – Mbah Mirah, seorang nenek berusia 60 tahun, warga RT 03/RW 01 Gang Sejahtera, Kelurahan Kapuas Kanan Hilir, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang ini hidup sebatang kara dan tinggal di rumah tak layak huni.
Mirisnya lagi, saat ini kondisi Mbah Mirah sedang sakit-sakitan (diabetes) dan butuh bantuan.
Sementara itu, saat sejumlah awak media menyambangi kediaman nenek renta ini, sungguh tragis nasib yang dialaminya.
Bagaimana tidak? di sisa hidupnya dia hidup sebatang kara tanpa sanak famili serta tidak mempunyai keturunan.
Mbah Mirah tinggal di rumah dengan atap reot serta tempat tidur seadanya. Lebih tragisnya lagi, Mbah Mirah ini makan hanya berharap dari pemberian orang. Jika tidak ada yang memberikan makanan, Mbah Mirah tersebut harus menahan lapar sampai ada yang memberinya makanan.
Hal ini dikarenakan Mbah Mirah sudah tidak sanggup lagi bekerja untuk mencari nafkah. Ditambah kondisinya yang sakit-sakitan.
Saat ini, Mbah Mirah sangat membutuhkan uluran tangan semua pihak, dan juga perhatian pemerintah daerah setempat.
Kondisi Mbah Mirah tentunya mengingatkan kita kembali, ditengah pembangunan yang semakin maju justru masih menyisahkan berbagai persolan kehidupan warga yang kerap kali luput dari perhatian.
“Kasian Mbah Mirah, dia sakit sejak ditinggal almarhum suaminya 6 tahun lalu. Mulanya Mbah Mirah sakit bisul, tapi tak kunjung sembuh, bahkan menyebar ke badanya. Makanya, kami tetangga kanan kiri ambil inisiatif dengan membawa Mbah Mirah ke rumah sakit untuk dirawat, rupanya si embah punya penyakit diabetes,” cerita Ning, satu di antara tetangga Mbah Mirah.
Supriyono, Ketua RT setempat membenarkan bahwa seorang warganya belakangan ini dikabarkan sudah tidak mampu bangun dari tempat tidurnya dan menimbulkan aroma yang tidak sedap akibat penyakit diabetes yang dideritanya.
Karena itu, dia dan warga setempat lainya mengambil inisiatif melarikan Mirah ke rumah sakit. “Saya dapat laporan dari warga kalau Mbah Mirah sakit parah dan terbaring di tempat tidur, bahkan mandi dan makan pun nunggu uluran tangan tetangga,” katanya.
Namun, yang menjadi persoalan saat ini adalah biaya pengobatan Mbah Mirah di rumah sakit. Kendati, menggunakan BPJS Kesejatan. Mbah Mirah masih membutuhkan biaya untuk membeli obat-obatnya, sebab tidak semua obat ada di rumah sakit, sehingga mesti beli di luar.
“Sebenarnya mbah Mirah juga pasien BPJS, tapi untuk obat tidak semua ada di RSUD sehingga harus beli obat di luar. Nah, untuk beli obat di luar dan biaya lain-lainya kita butuh dana yang besar,” kata Supriyono.
Walau demikian, dia berusaha semaksimal mungkin agar Mbah Mirah mendapatkan biaya pengobatannya selama berada di rumah sakit. Bahkan, dirinya akan berkoordinasi dengan pihak kelurahan setempat dan berharap adanya bantuan dan perhatian dari pemerintah daerah. (Dex)