Bukan Lagi Soal Pupuk, Tapi Buruknya Infrastruktur Hambat Kemitraan Ideal Petani dan Pabrik
- calendar_month Kam, 22 Mei 2025
- comment 0 komentar

Arif Setya Budi, Kepala Bidang Pengembangan Perkebunan Distanbun Kabupaten Sintang.
LensaKalbar – Meski harga pupuk yang digunakan petani kelapa sawit cenderung tinggi, hal itu bukan lagi menjadi kendala utama. Menurut Kepala Bidang Pengembangan Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Sintang, Arif Setya Budi, persoalan terbesar yang dihadapi petani saat ini adalah kondisi infrastruktur jalan produksi yang memprihatinkan.
“Kalau soal pupuk, sekarang pupuk tersedia banyak. Memang harganya agak tinggi, tapi dengan kondisi harga sawit di angka Rp3.000 per kilogram, saya pikir tidak masalah,” ujar Arif saat ditemui LensaKalbar.co.id pada kegiatan Lokakarya Inisiasi Peraturan Bupati (Perbup) Kemitraan Pengelolaan Kelapa Sawit Swadaya di Aula CU Keling Kumang, Senin (19/5/2025).
Arif menegaskan bahwa mahalnya biaya transportasi akibat buruknya jalan produksi menjadi beban terberat bagi petani.
Menurutnya, jalan-jalan yang rusak parah membuat biaya angkut tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik menjadi sangat mahal. Kondisi ini menurunkan keuntungan petani dan menghambat distribusi hasil panen.
Di sisi lain, rantai pasok hasil sawit juga masih menghadapi tantangan dari segi sistem kemitraan dan pola pembayaran yang belum ideal.
Arif menjelaskan bahwa dalam aturan resmi melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan), seharusnya tidak lagi dikenal istilah ‘penampung’. Rantai kemitraan seharusnya berjalan dari petani ke koperasi, kemudian langsung ke pabrik.
Namun, praktik di lapangan menunjukkan masih adanya pihak ketiga atau perantara, yang kerap disebut sebagai RAM.
Keberadaan RAM ini, menurut Arif, tidak bisa serta merta dihilangkan, karena mereka memfasilitasi kebutuhan petani yang ingin menjual hasil panennya secara tunai.
“Petani butuh uang cepat. Sementara sistem pembayaran di pabrik umumnya per 15 hari atau per minggu. Nah, RAM ini hadir karena mereka sanggup beli cash dari petani, meskipun dengan harga sedikit di bawah pabrik,” jelas Arif.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Arif mendorong agar pabrik dapat mengakomodasi kebutuhan petani dengan sistem pembayaran langsung atau tunai. Hal ini dinilainya penting agar rantai pasok bisa dipangkas, petani memperoleh harga yang lebih baik, dan keberadaan perantara dapat diminimalisir.
“Kalau pabrik bisa beli langsung dari petani dan bayar cash, petani tidak lagi tergantung pada RAM. Itu akan sangat membantu memperpendek rantai distribusi dan meningkatkan kesejahteraan petani,” pungkas Arif. (Dex
- Penulis: Zainuddin
Saat ini belum ada komentar