Beranda Parlemen 50 Persen Masyarakat Sintang Gantungkan Hidup di Kebun Sawit

50 Persen Masyarakat Sintang Gantungkan Hidup di Kebun Sawit

Florensius Ronny, Ketua DPRD Sintang

LensaKalbar – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Florensius Ronny mengatakan bahwa sampai hari ini 50 persen rakyatnya yang menggantungkan kehidupannya kepada kebun kelapa sawit.

“50 persen masyarakat kabupaten ini yang menggantungkan hidupnya di kebun kelapa sawit, ini tersebar di 14 kecamatan kita,” ungkap Florensius Ronny, kemarin.

Berkaitan dengan harga tandan buah segar (TBS), politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem) ini mengharapkan pemerintah agar melakukan kajian ulang atau evaluasi pasca dicabutnya kebijakan larangan ekspor oleh pemerintah pusat.

“Kita akui bahwa harga TBS masih terjun bebas, tentunya kondisi ini mempersulit petani sawit kita,” ujar Florensius Ronny.

Tidak dipungkiri juga bahwa penyebab harga TBS ini terjun bebas dari harga sebelumnya, ungkap Florensius Ronny, merupakan dampak dari kebijakan pemerintah pusat soal larangan ekspor minyak mentah sawit atau CPO waktu lalu.

“Imbasnya sampai hari ini, belum lagi harga pupuk juga mengalami kenaikan dari sebelumnya, sehingga mrmbuat petani sawit kita merugi,” terang Florensius Ronny.

Kendati demikian, Florensius Ronny mengaku beryukur ketika pemerintah pusat telah mencabut larangan ekspor minyak mentah sawit atau CPO. Tetapi, dia berharap agar pemerintah pusat melakukan kontrol kembali terhadap harga tandan buah segar (TBS). Lantaran harga TBS masih belum stabil sampai saat ini.

“Mudah-mudahan harga TBS bisa kembali normal lagi, sebelum kebijakan larangan ekspor minyak mentah sawit atau CPO diberlakukan kemarin,” kata Florensius Ronny.

Kata Florensius Ronnny, harga TBS sebelum kebijakan larangan ekspor diberlakukan pemerintah pusat mendakati harga Rp4.000,- perkilonya. “Tetapi kondisi harga TBS sampai hari ini mengalami penurunan hingga di angka Rp2.000, -perkilonya. Artinya, dari harga itu sendiri sudah 50 persen turunnya. Tentunya kondisi ini membuat petani sawit kita gelisah,” pungkasFlorensius Ronny, wakil rakyat dari Dapil Kelam Permai-Dedai-Sungai Tebelian ini.

Kusairi (45) saty di antara petani sawit di Desa Sungai Risap, Kecamatan Binjai Hulu, Kabupaten Sintang berharap harga tandan buah segar (TBS) segera kenbali normal sebelum adanya larangan ekspor minyak mentah sawit atau CPO.

“Kami harap harga jual TBS ini kembali normal lagi, kalau tetap di harga Rp. 2.200,- perkilonya, maka akan berdampak juga pada biaya pemeliharaan kebun. Apalagi sekarang ini harga pupuk mengalami kenaikan yang begitu signifikan,” ujar Kusairi. (Dex)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here