Breaking News
light_mode

PETI Marak di Sintang, Kapuas dan Melawi Semakin Tercemar

  • calendar_month Sel, 14 Nov 2017
  • comment 1 komentar

LensaKalbar – Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Sintang semakin marak. Tidak peduli bahaya merkuri kerap menghantui masyarakat di bantaran sungai Kapuas dan Melawi. Sudah saatnya aparat keamanan bertindak tegas.

Meski hidup di bantaran sungai Kapuas, masyarakat Jalan Masukan Laut, Kelurahan Kapuas Kanan Hilir, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang sangat menikmati kehidupan mereka. Setidaknya begitulah gambaran yang saya tangkap ketika mengunjungi daerah tersebut, Senin (6/11) sekitar pukul 16.30 WIB.

Bahkan tinggal di bantaran sungai terkadang menyenangkan. Menyenangkannya tatkala menikmati fanorama alam terbuka di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Di balik kebahagian itu, masyarakat setempat juga menyimpan rasa kekhawatiran yang mendalam.

Kekhawatiran tersebut muncul lantaran sungai Kapuas di Kabupaten Sintang saat ini sudah tercemar akibat PETI yang kian marak dari tahun ke tahun. Merkuri yang terkandung di dalam air sungai sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Anehnya, aktivitas PETI seperti tak dapat ditertibkan oleh aparat penegak hukum.

Buktinya, di sepanjang aliran anak sungai Kapuas dan sungai Melawi yang melintasi Kabupaten Sintang masih banyak terdapat aktivitas ilegal tersebut. Kegiatan PETI terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Sintang. Sebut saja di Kecamatan Sepauk, Sintang, Tempunak, Kelam Permai, Tebelian, Dedai, Serawai dan Ambalau.

Mau bagaimana lagi. Warga bantaran sungai itu hanya bisa pasrah menerima keadaan ini. Bagi mereka, air sungai Kapuas sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Meski tercemar merkuri, tetap digunakan untuk mandi serta mencuci pakaian dan piring. Tidak hanya ancaman merkuri, masyarakat yang hidup di bantaran sungai ini juga harus waspada ketika curah hujan tinggi. Pasalnya, debit air sungai Kapuas akan signifikan meningkat. Jika itu terjadi, banjir bandang pun selalu menghantui.

Pemerintah Kabupaten Sintang kini tengah menggaungkan program untuk memperbaiki wilayah bantaran sungai. Sebagian masyarakat menilai program tersebut sangat bagus. Tetapi ada juga yang menilai program itu hanya sekadar omong kosong belaka. Setidaknya, itu lah yang ada dalam pikiran Riyan, salah seorang warga bantaran sungai di Kelurahan Kapuas Kanan Hilir.

Menurut Riyan, sejak 34 tahun hidup tinggal di sana hingga saat ini sama sekali tidak ada perubahan. Aktivitas PETI malah semakin marak dan sungai Kapuas kian tercemar. Pemerintah dan aparat hukum terkesan melakukan pembiaran akan aktivitas ilegal tersebut. Penindakan hukum yang dilakukan kepolisian pun tidak menjerat hingga ke pemilik modal.

Sejauh ini para cukong PETI selalu lepas dari jeratan hukum, sehingga tidak ada efek jera. Kebanyakan pelaku PETI yang diproses secara hukum hanya berstatus sebagai pekerja yang mempertaruhkan hidupnya demi mengais rezeki.

“Tidak serius. Jika pemerintah dan aparat hukum serius menindak PETI, maka air sungai Kapuas dan Melawi kita akan selamat dari ancaman merkuri,” katanya.

Ancaman merkuri tersebut ternyata tidak mempengaruhi keceriaan anak-anak di sana. Tampak mereka dengan bahagia berenang, melompat dan bermain di tepian sungai Kapuas. Tanpa memikirkan dampak kesehatan mereka. “Senang mandi di sungai. Di sini kita bisa berenang bebas,” kata bocah 11 tahun bernama Habibi.

Apa tidak takut sakit, dengan kondisi air yang sudah tercemar merkuri?. “Emmm…. takut sih. Tapi kami senang mandi di sungai,” ucapnya.

Kendati masih berusia 11 tahun sepertinya Habibi mengerti dampak dari merkuri. Dia berharap, sungai yang dijadikannya sebagai tempat aktivitas sehari-hari itu tidak lagi tercemar merkuri akibat aktivitas PETI.

“Tolong, jangan cermari sungai kami,” ucapnya.

Sungai Kapuas menjadi tempat Habibi dan warga lainnya hidup. Di sana lah mereka belajar artinya sebuah kehidupan. Sungai sangat indah dipandang ketika arusnya merasa tenang.

“Kalau sungai kami sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Terus bagaimana kami hidup,” keluh Habibi.

Was-was yang dirasakan warga ini tentu saja sangat beralasan. Merkuri akan membawa berbagai dampak serius bagi kesehatan. Logam berbahaya ini dapat menyebabkan kerusakan pada saluran pernafasan, sistem saraf dan ginjal. Selain itu, merkuri juga berisiko mengganggu berbagai organ tubuh.

“Seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru dan sistem kekebalan tubuh,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sintang, dr. Harysinto Linoh.

Diakuinya, sungai Kapuas dan Melawi memang sudah tercemar oleh merkuri. Bahaya merkuri tidak hanya akan berdampak kepada orang dewasa. Bayi dan anak merupakan golongan yang juga tidak luput dari risiko.

“Untuk itu, saya imbau masyarakat yang tinggal di bantaran sungai agar menghindari kontak air yang tercemar itu secara berlebihan,” imbau Harysinto.

Kondisi kehidupan masyarakat di bantaran sungai Kapuas ini membuat keprihatian bagi Anggota DPRD Sintang, Kusnadi. Menurut wakil rakyat Dapil Kecamatan Sepauk – Kecamatan Tempunak ini, mestinya ada program nyata yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Legislatif selalu mendorong Pemkab Sintang untuk memperhatikan kondisi ini. Segala usulan dari legislatif terus dilayangkan.

“Namun hingga saat ini belum ada progres dari Pemkab Sintang dalam mengatasi wilayah bantaran sungai,” sebutnya.

Begitu juga dengan aktivitas PETI, dia menilai sepertinya sudah menjadi darah daging. Sehingg susah untuk ditertibkan. Aparat hukum seharusnya tidak berdiam diri atau tutup mata dengan kondisi itu.

“Setidaknya lakukan penertiban secara intens, meski pun tidak menyentuh ke cukong PETI-nya,” lugasnya.

Di Sintang, ada 14 kecamatan. Parahnya di semua kecamatan ada kegiatan PETI. Kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan. Sudah selayaknya aparat hukum mengambil sikap tegas. Jangan diam dan melihat saja.

“Tetapi lakukan tindakan yang ada efek jera, sehingga aktivitas tersebut dapat dihentikan,” tegasnya.

Memberantas PETI berarti menyelamatkan hidup orang banyak. Aktivitas PETI dengan kadar merkuri yang melebih ambang batas sangat mengancam kehidupan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.

“Sehari-hari mereka menggantungkan hidup dengan memanfaatkan air sungai,” pungkas Kusnadi. (Dex)

  • Penulis: lk-02 lk-02

Komentar (1)

    Silahkan tulis komentar Anda

    Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

    Rekomendasi Untuk Anda

    • Perangkat Desa Harus Kompak dan Harmonis
      OPD

      Perangkat Desa Harus Kompak dan Harmonis

      • calendar_month Sen, 19 Mei 2025
      • 0Komentar

      LensaKalbar – Plt Camat Sintang, Erwan Candra Happy menegaskan pentingnya kerja sama yang harmonis antara kepala desa, sekretaris desa, bendahara, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Erwan Candra menilai bahwa hubungan yang solid antarperangkat desa merupakan kunci utama agar roda pemerintahan di tingkat desa dapat berjalan dengan baik dan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Menurut Erwan […]

    • Komitmen Percepat Akses Air Minum dan Sanitasi

      Komitmen Percepat Akses Air Minum dan Sanitasi

      • calendar_month Sen, 14 Nov 2022
      • 0Komentar

      LensaKalbar – Kerjasama Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dengan United States Agency for International Development (USAID) melalui Program Indonesia Urban Resilient Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) Tangguh dituangkan dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT). RKT USAID IUWASH Tangguh tersebut ditandatangani Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono di Hotel Mercure Pontianak, Selasa (14/11/2022). Program ini merupakan mempercepat […]

    • PLN Harus Gencar Sosialisasikan Kabel Listrik SNI

      PLN Harus Gencar Sosialisasikan Kabel Listrik SNI

      • calendar_month Sab, 9 Mar 2019
      • 0Komentar

      LensaKalbar – Masyarakat dan pemilik rumah toko (Ruko) di Kabupaten Sintang tidak tahu mana itu, kabel dan instalasi listrik yang besertifikat SNI dan tidaknya. Teknisnya, PT PLN Rayon Sintang lah yang lebih mengetahuinya. Olehkarenanya, PLN Rayon Sintang diminta lebih proaktif dalam menyampaikan hal-hal tersebut. Masyarakat pun dapat memahami apa saja dampak yang dapat ditimbulkan. “Permasalahan ini […]

    • Kedepankan Pendidikan Ahlak

      Kedepankan Pendidikan Ahlak

      • calendar_month Kam, 22 Mar 2018
      • 0Komentar

      LensaKalbar – Kasus-kasus kekerasan di sekolah, baik yang dilakukan peserta didik terhadap guru maupun sebaliknya, mencerminkan adanya suatu kekeliruan dalam proses belajar mengajar. “Kasus tersebut, bisa saja karena metode penyampaian guru dalam proses belajar mengajar itu, sudah tidak lazim, tidak sesuai situasi dan kondisi atau fenomena sosial saat ini,” kata Ketua Komisi C DPRD Sintang, […]

    • Diskominfo Gelar Pelatihan Pemanfaatan Platform Digital untuk KIM Pontianak

      Diskominfo Gelar Pelatihan Pemanfaatan Platform Digital untuk KIM Pontianak

      • calendar_month Sel, 18 Jul 2023
      • 0Komentar

      LensaKalbar – Lebih dari 50 peserta Komunitas Informasi Masyarakat (KIM) Kota Pontianak berkumpul di Aula Muis Amin Bappeda Kota Pontianak untuk mendapat pelatihan tentang platform Digital Kemitraan, Selasa (18/7/2023). Platform Digital Kemitraan bermanfaat sebagai website penyebarluasan informasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melalui Diskominfo Provinsi. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Pontianak Zulkarnain […]

    • Kartimia Minta Pemerintah Pantau Kinerja Guru Pedalaman dan Perbatasan

      Kartimia Minta Pemerintah Pantau Kinerja Guru Pedalaman dan Perbatasan

      • calendar_month Kam, 4 Agu 2022
      • 0Komentar

      LensaKalbar – Dalam rangka menjamin mutu pendidikan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang meminta pemerintah daerah untuk memantau dan  meningkatkan pengawasan terhadap tugas dan tanggung jawab guru yang berada di pedalaman maupun perbatasan, khususnya di Kecamatan Binjai Hulu, Kecamatan Ketungau Hilir, Ketungau Tengah, dan Ketungau Hulu. Perihal inipun diungkapkan Kartimia Marwani, anggota DPRD Sintang […]

    expand_less