Beranda Sintang Kesepakatan Bersama Ditandatangani, Tugu Jam dan Bambu Steril Atribut Budaya dan Agama

Kesepakatan Bersama Ditandatangani, Tugu Jam dan Bambu Steril Atribut Budaya dan Agama

9 poin isi kesepakatan bersama yang ditandatangani Forkopimda, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh budaya, dan ormas di Kabupaten Sintang, Senin (4/2/2019)

LensaKalbar – Lantaran ingin Sintang dalam keadaan aman, nyaman, dan kondusif. Masyarakat Tionghoa mengambil sikap dari hati nuraninya yang paling dalam dengan menyepakati Tugu Bambu dan Tugu Jam di Kabupaten Sintang steril dari atribut budaya dan agama.

Langkah itupun mendapat apresiasi tinggi dari Wakil Bupati Sintang, Askiman. Ditambah lagi dengan ditandatanganinya 9 poin kesepakatan bersama terkait hal tersebut.

“Sudah kita sepakati bersama oleh Forkopimda, tokoh agama, tokoh masyarakat, ormas, dan lain-lainya. Artinya, kedua tugu tersebut steril dari atribut budaya dan agama apa pun,” kata Askiman, Senin (4/2/2019).

Sebelumnya, terjadi aksi protes dari oknum yang tidak bertanggungjawab melalui media sosial (medsos) terkait pemasangan lampion di kedua tugu tersebut. Olehkarenanya, dari 9 poin yang disepakati bersama tesebut, salah satunya diminta seluruh postingan – postingan  yang berkaitan dengan lampion, persekusi, suku, dan agama (SARA) dihapus. Apabila dilanggar, maka akan dilakukan tindakan hukum sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.

“Kalau masih ada, maka tindakan hukum akan diambil. Ini keputusan yang bijak. Kami menghimbau kepada seluruh masyarakat agar menghentikan postingan di media sosial yang mengandung unsur kebencian kepada kelompok manapun. Gunakan media sosial secara bijak. Hentikan postingan isu SARA yang membawa dampak perpecahan, dan postingan caci maki. Karena itu, bukan budaya Bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Pemindahan lampion yang terpasang di kedua tugu tersebut, ungkap Askiman, dilakukan tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. “Itu dilakukan dengan kesadaran sendiri meskipun mereka masyarakat Tionghoa sudah ada ijin dari Dinas Lingkungan Hidup,” katanya.

Peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu, kata Askiman, bukan untuk di sesali. Tapi peringatan bagi kita semua untuk mengahargai satu dengan yang lainnya.

“Panitia perayaan tahun baru imlek juga saya lihat terdiri dari multi etnis. Ini sangat membahagiakan karena partisipasi berbagai lapisan masyarakat. Sintang ini rumah kita bersama. Sehingga Sintang dapat selalu harmonis dengan segala perbedaan suku, agama, budaya dan lain-lainnya,” ajak Askiman.

Majelis Agama Konghucu Sintang, Edi Hermanto menyampaikan bahwa Sintang harus harmonis. “Tidak ada perselisihan, masyarakat bisa hidup berdampingan. Mari kita mengembangkan amal kebajikan di dunia. Sabda Nabi Konghucu menjelaskan bahwa manusia dari empat penjuru dunia adalah saudara. Saya berpesan agar masyarakat yang hadir untuk menjaga keamanan di sekitar tempat ini,” katanya. (Dex)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here