
LensaKalbar – Tatkala menghadiri prosesi peresmian rumah betang Beta Petinggi Kudo Ketemenggungan Wilayah VIII Sepauk, Desa Tawang Sari, Kecamatan Sepauk, Sabtu (24/8/2019). Bupati Sintang, Jarot Winarno kembali mengingatkan masyarakatnya agar tidak membuka lahan dengan cara membakar saat musim kemarau. Sebab dampak yang ditimbulkan sangat banyak, terutama bagi kesehatan.
Berdasarkan peraturan bupati (Perbup) Sintang, kata Jarot, telah diatur tata cara membakar. Dalam aturan itu masyarakat hanya mendapat jatah dua hektar per-KK. Lebih dari itu, maka dianggap melanggar aturan yang telah ditetapkan.
“Jadi, hanya boleh membakar dua hektar per-KK. Ingat! sebelum membakar wajib melapor ke polsek, danramil, dan pengurus desa setempat agar lahan yang dibakar dapat di jaga dan di kendalikan bersama,” ujar Bupati Sintang, Jarot Winarno.
Luas lahan yang di bakar, kata Jarot, hanya untuk menanam padi, bukan menanam sawit atau komuditas lainnya. Olehkarenanya, masyarakat Desa Tawang Sari diminta untuk membuat embung sebagai stok air, sehingga saat musim kemarau ini dapat digunakan untuk mengendalikan kebakaran hutn dan lahan (Karhutla).
“Embung ini bisa menggunakan alokasi dana desa. Saya juga menyarankan aparat pemerintah desa untuk membangun SORGA atau sarana olahraga desa sebagai tempat berkumpul dan silaturahmi masyarakat kita. Bisa bangun lapangan voli, sepakbola, bulutangkis atau lainnya. Jadi sore-sore warga bisa bermain bersama dan saling berinteraksi,” tuturnya.
Terkait rumah betang ini, Bupati Jarot berharap digunakan sebaik-baiknya. Betang bisa menjadi tempat berkumpul masyarakat.
“Karena betang sudah ada, kedepannya bisa tambah fasilitas lain menuju desa Tawang Sari sebagai desa wisata. Kami juga akan memperbaiki titik kritis jalan dari Simpang Manis Raya menuju Sekujam Timbai,” katanya.
Kepala Desa Tawang Sari, Andi mengaku bahagia. Pasalnya rumah betang untuk Ketumenggungan wilayah VIII sudah berdiri dan diresmikan langsung oleh Bupati Sintang. Apalagi rumah betang ini bakal menampung 6 desa, khususnya masyarakat mayoritas sub suku ‘Dayak Sekujam dan Seberuang’.
“Inilah upaya kami untuk menjaga seni budaya yang ada. Kami berterima kasih atas bantuan banyak pihak dalam membantu proses pembangunan rumah betang,” pungkasnya. (Dex)