Ritual Budaya Robo-Robo Simbol Pererat Silaturahmi
- calendar_month Sab, 6 Nov 2021
- comment 0 komentar

Warga Gang Reformasi Sui Pinyuh merayakan ritual robo-robo. Foto Ist
LensaKalbar – Masyarakat Kabupaten Mempawah serentak menggelar ritual budaya robo-robo dilingkungannya masing-masing, Rabu (6/10/2021) pagi.
Mereka berkumpul menggelar saprahan seraya memanjatkan doa kepada Allah Ta’ala agar dijauhkan dari segala marabahaya.
Seperti yang dilakukan warga Gang Reformasi RT 05/RW 01, Kelurahan Sungai Pinyuh. Sejak pagi, mereka berbondong-bondong berkumpul sembari membawa ketupat dan aneka jenis lauk-pauk.
Setelah seluruh warga berkumpul, tokoh agama setempat memimpin pembacaan doa memohon keselamatan kepada Allah Ta’ala dan dijauhkan dari segala bencana maupun petaka.
“Robo-robo menjadi tradisi dan kebiasaan masyarakat Sungai Pinyuh khususnya dan Kabupaten Mempawah umumnya. Setiap tahun, kita laksanakan robo-robo,” jelas Ustaz Marzuki Kadri.
Ustaz Marzuki menjelaskan, makna utama dalam pelaksanaan robo-robo yakni berdoa kepada Allah Ta’ala agar diberikan keselamatan. Karena, masyarakat meyakini Allah Ta’ala menurunkan bala’ atau bencana di bulan Syafar.
“Maka, kita dianjurkan untuk membaca doa tolak bala dan doa selamat agar mendapatkan perlindungan dari Allah Ta’ala dari segala bentuk bencana dan petaka,” tuturnya.
Lebih dari itu, Ustaz Marzuki menyebut robo-robo menjadi momentum meningkatkan silaturahmi dan memperat kekompakan serta kebersamaan di masyarakat. Yakni dengan makan saparahan sehingga terjalin komunikasi dan semangat gotong royong.
“Kita berkumpul untuk makan bersama-sama dan saling berbincang. Ini merupakan momentum yang sangat baik untuk mempererat silaturahmi dan kebersamaan di masyarakat,” tandasnya.
Sementara itu di Desa Sungai Rasau, Kecamatan Sungai Pinyuh, ratusan masyarakat menggelar ritual robo-robo diatas jembatan yang menghubungkan antara Desa Sungai Rasau dan Desa Galang. Dengan berbekal makanan dan minuman, mereka melaksanakn saprahan dan doa bersama.
Sudah menjadi kebiasaan saban tahunnya, masyarakat di Desa Sui Rasau merayakan ritual robo-robo pada Rabu terakhir di bulan Syafar. Uniknya, mereka spontanitas berbondong-bondong membawa makanan untuk melaksanakan robo-robo diatas jembatan.
“Memang sudah kebiasaannya setiap tahun robor-robo di Desa Sui Rasau dilaksanakan diatas jembatan yang menghubungkan antara Desa Sui Rasau dengan Desa Galang,” terang Tokoh Agama Desa Sui Rasau, H Thamrin.
Thamrin menjelaskan, dipilihnya jembatan menjadi lokasi robo-robo sudah dilakukan turun temurun. Sejak zaman pendahulunya, warga setempat melaksanakan robo-robo diatas jembatan.
“Dari nenek moyang dulu, masyarakat Desa Sui Rasau melaksanakan robo-robo di lokasi jembatan itu. Awalnya dulu hanya jembatan kayu untuk menyeberangi sungai,” kenangnya.
Menurut Thamrin, jembatan tersebut sejak dulu kerap menjadi lokasi kegiatan atau pertemuan masyarakat Desa Sui Rasau dan Galang. Hingga akhirnya, mereka sepakat menjadikan lokasi jembatan sebagai tempat kegiatan atau acara.
“Dulunya, masyarakat sering melakukan pertemuan di jembatan itu. Termasuk pula merayakan robo-robo, hingga akhirnya kebiasaan tersebut terus dilestarikan dan dipertahankan sampai sekarang,” paparnya.
Thamrin menyebut, masyarakat tetap akan melestarikan adat budaya yang telah diwariskan leluhurnya. Sepanjang tradisi tersebut tidak tidak melanggar aturan hukum agama maupun negara.
“Makna robo-robo itu sendiri memohon doa kepada Allah Ta’ala agar diselamatkan dan dijauhkan dari musibah dan bencana. Makanya, dalam prosesi robo-robo itu diisi dengan pembacaan doa tolak bala dan doa selamat,” ujarnya.
Lebih dari itu, Thamrin menilai perayaan robo-robo juga berdampak positif untuk meningkatkan silaturahmi, keakraban dan kekompakan masyarakat. Tidak hanya masyarakat muslim saja, melainkan juga multi etnis dan agama di Desa Sui Rasau dan sekitarnya.
“Kalau disini (Sui Rasau), robo-robo tidak hanya diikuti masyarakat muslim saja, ada juga warga Tionghoa yang ikut berpartisipasi. Inilah bentuk hablum minannas atau hubungan antara manusia sebagaimana diajarkan agama Islam,” pungkasnya. (Dex)
- Penulis: Zainuddin
Saat ini belum ada komentar