LensaKalbar – Berdasarkan analisa intelejen kondisi geografis Sintang dinilai rawan pada pelaksanaan Pemilu 2019, baik itu Pilpres maupun Pileg, sehingga diperlukan langkah antisipasi dini.
Salah satunya melakukan mapping area dengan menetapkan personil Polri sebagai langkah pengamanan.
“Kondisi geografis kita memang rawan ya, sehingga perlu di perhatikan, supaya pada waktu hari H-nya tidak terjadi hambatan ataupun gangguan lainnya,” ungkap Kapolres Sintang, AKBP Adhe Hariadi, Kamis (4/4/2019).
Kerawanan geografis tidak hanya dilihat dari gangguan Kamtibmas saja, melainkan pendistribusian logistik juga termasuk kategori rawan. Sebab ada wilayah yang jauh dan mengharuskan transportasinya melalui sungai seperti di Kecamatan Ambalau.
“Kondisi cuaca juga termasuk penyebab kerawanan itu. Karena saat ini cuaca kita sedang tidak menentu. Kadang hujan dan kadang kemarau,” katanya.
TPS terjauh, menurut Kapolres, adalah di Desa Deme, Kecamatan Ambalau, karena butuh waktu dua hari untuk sampai ke desa tersebut. Perihal ini, Polri hanya sebatas pengamanan saja.
“Kita ngikut saja, mulai dari distribusi logistik, pengaman TPS, penghitungan suara hingga sampai kembali lagi ke KPU. Intinya kita ngikut kepada penyelenggara pemilu,” ujarnya.
Dilihat dari pemetaan kedua Paslon Pilpres, ungkap Kapolres, Kecamatan Sintang masuk dalam kategori rawan. Suhu dan dinamika politik untuk kedua Paslon sudah memanas.
“Kita bisa lihat lah ya dinamikanya, mulai dari baliho yang terpasang kebanyakan siapa. Dan itu salah satu potensi kerawanan. Kalau mau menang dari kedua Paslon itu harus telak. Kalau tidak menang telak potensi konfliknya ada,” bebernya.
Apabila terjadi gugatan, Kapolres mempersilahkan dari masing-masing tim pemenang untuk melayangka gugatannya ke Mahkamah Kontitusi (MK). “Kalau ada gugatan silahkan ke MK, tapi kita sangat berharap di seluruh TPS yang ada di wilayah hukum Polres Sintang tidak terjadi apa-apa. Intinya kita saling menghormati saja. Kalau kalah ya sudah, menang juga ya sudah,” tuturnya. (Dex)
