
LensaKalbar – Bupati Sintang, Jarot Winarno menggelar konferensi pers bersama awak media di Pendopo Bupati Sintang, Senin (11/5/20).
Bupati Jarot mengumumkan pekermbangan kasus virus Corona atau Covid-19 di wilayah yang dipimpinnya itu.
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, Dinas Kesehatan dan RSUD Ade M Djoen Sintang telah melakukan rapid test kepada 1.969 orang.
Langkah itu diambil sebagai bentuk penanganan dan pencegahan Covid-19 di Bumi Senentang. Dimana, Pemerintah Kabupaten Sintang telah menerapkan langkah berupa test, telusur dan isolasi (TTI). Hasilnya, ada 1.969 orang yang diangap kontak erat dengan kasus terkonfirmasi positif maupun yang pernah kontak dengan orang yang reaktif.
“Total yang sudah dilakukan penelusuran seperti ada 1.969 orang, ini sudah dilakukan rapid test. Hasilnya, 183 reaktif pertanggal 10 Mei 2020,” ungkap Bupati Sintang.
Bagi yang reaktif, Bupati Jarot menyarankan agar mereka tetap menjalani isolasi di rumah masing-masing. Tapi! tetap dalam pengawasan ketat Tim Gugus Tugas Covid-19. Selain itu, Pemerintah juga telah menyiapkan tempat isolasi yakni di Gedung Serbaguna Sintang.
“Jadi, sebagian kecil kalau mereka mampu disiplin, kita isolasikan di rumah masing-masing dengan pengawasan ketat tim gugus tugas setempat, sebagian besar kita siapkan di gedung serbaguna Sintang. Disana kapasitasnya 34 kamar. Yang sudah terisi 22 kamar, lalu ada satu penginapan kita blok jumlah kamaranya 43 itulah untuk tenaga-tenaga medis, dan gugus tugas,” terangnya.
“Dan ada juga OTG lansia reaktif, mengingat usianya, di isolasi mandiri di rumah sakit rujukan,” tambahnya.
Bupati Jarot kembali menegaskan rapid test bukan alat diagnosa Covid-19, tapi merupakan alat skrining awal untuk mencari tahu orang yang pernah kontak dengan pasien Covid-19, dimana yang di periksa ialah antibodi orang tersebut.
“Antibodi adalah polisi sementara covid-19 adalah penjahat. Kaau periksa rapid testnya itu reaktif, itu artinya sudah ada polisi yang jaga badan dia dari covid-19, cuma pertanyaan karena antibodi ada dua, yakni immunoglobulin M (IgM) pada fase-fase awal kira-kira 10 hari orang terkena infeksi itu IgM-nya muncul, atau Immunoglobulin G (IgG) pada saat penjahatnya hilang jadi sederhananya adalah polisinya ada,” bebernya.
Nah, untuk mengetahui penjahat itu masih ada di dalam tubuh atau tidak, kata Jarot, pihaknya melakukan swab tenggorokan.
“Pasien yang reaktif kadang-kadang lima hari bisa nonreaktif karena berbagai rekomendasi jenis atau merk terhadap alat rapid test, tapi itulah yang kita miliki. Apa salahnya di isolasi mandiri selama 14 hari. Contohnya salah satu tenaga medis di dinas kesehatan seorang dokter OTG 15 yang hasil rapid testnya reaktif, kemudian di swab, keluar hasilnya negatif, sekarang sudah bekerja lagi,” pungkasnya. (Dex)