LensaKalbar – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pontianak menjalin kerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala untuk meneliti pengembangan skenario ancaman banjir rob. Riset tersebut merupakan program pendanaan dari Dampak Banjir, Penetapan Harga Karbon, dan Keberlanjutan Ekosistem atau Proyek FINCAPES.
Sekretaris BAPPEDA Pontianak Syamsul Akbar mengatakan saat ini dampak perubahan iklim terasa di Pontianak. Apalagi kota ini tak jauh dari muara laut. Curah hujan yang meningkat ditambah naiknya permukaan laut, membuat banjir rob terjadi.
Pemkot sendiri telah dan terus menjalankan program terkait melalui perangkat daerah teknis. Namun, Pemkot terbuka untuk kolaborasi multipihak. Apalagi saat ini sedang disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pontianak 2025-2045.
“Kami harap hasil kajian ini dapat menjadi masukan dalam perencanaan jangka panjang yang tengah kami buat,” kata Syamsul Akbar ketika membuka Kick-Off Meeting of Fincapes Project and Reconnaissance Survey in Pontianak City di Hotel Mercure Pontianak, Selasa (23/7/2024) .
Dekan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Prof Alfiansyah Yulianur mengatakan topografi Pontianak memiliki persamaan dengan Banda Aceh. Terutama dalam mengalirkan udara melalui drainase di lahan yang datar. Hal ini menjadi tantangan ketika perubahan iklim.
“Identifikasi permasalahan, kebutuhan data, validasi dan hasil kajian nanti diharapkan dapat maksimal dengan bantuan bersama. Dan mungkin hasilnya nanti dapat kami jadikan contoh,” ujarnya.
Riset tersebut dilaksanakan oleh tim dari Universitas Syiah Kuala yang dipimpin oleh Prof Ella Meilianda. Sebelumnya, mereka memenangkan pendanaan dalam seleksi proposal yang digelar FINCAPES Project Maret 2024 lalu.
Tim berisikan tenaga ahli berpengalaman dalam penelitian dan kajian di bidang hidrospasial, klimatologi dan hidroteknik, khususnya untuk ancaman bencana banjir. Pengalaman mereka juga dilengkapi dengan keterampilan penggunaan peralatan pengawasan pengambilan data hidrometri, hidroklimatologi dan juga pemanfaatan pemodelan geospasial (ArcGIS), dan berbagai software hidrodinamika sungai dan pantai seperti SOBEK, GeoHECRAS, Mike 21, Mike Flood, dan HEC-HMS.
Hasil kajian ini akan melahirkan peta dan hasil kajian ancaman bencana banjir dengan berbagai skenario kala ulang banjir Kota Pontianak. Data-data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai referensi identifikasi bencana banjir, penghitungan dampak kerugian yang ditimbulkan akibat banjir, mitigasi bencana banjir, dan terutama sebagai pengambilan keputusan bagi pemerintah dalam menghitung biaya ganti rugi dan asuransi terhadap bencana klimatologis, khususnya terkait dengan fenomena perubahan iklim.
Perwakilan FINCAPES University of Waterloo Michael Lynch mengatakan mereka bekerja sama dengan LSM, pemerintah dan masyarakat untuk merespons perubahan iklim. Kota Pontianak dipilih sebagai lokasi penelitian karena letak geografisnya dan dampak perubahan iklim yang kian terasa.
“Diharapkan kajian ini dapat memprediksi banjir di masa mendatang,” ujarnya.
Sekadar informasi, Proyek FINCAPES adalah proyek kajian teknis multi-tahun dan multi-stakeholder yang diketuai oleh University of Waterloo Kanada dan didanai oleh Pemerintah Kanada. Di Indonesia, kegiatan mereka akan berlangsung selama enam tahun (2024–2030). FINCAPES Project bekerja sama dengan beberapa institusi dan universitas di Indonesia yang telah diseleksi secara kompetitif. (prokopim/LK1)