LensaKalbar – Berbagai isu dan informasi yang berkembang di media massa nasional, ternyata cukup mengkhawatirkan bagi daerah-daerah. Apalagi berkaitan dengan masalah suku dan agama.
“Kita jangan terpengaruh dengan isu dan informasi yang berkembang di media massa nasional. Kita ini sangat majemuk,” kata Wakil Bupati Sintang, Askiman ketika Safari Ramadan 1439 Hijriah ke Masjid Baiturrahim, Dusun Betung Sari, Desa Ampar Bedang, Kecamatan Binjai Hulu, Rabu (23/5).
Askiman tidak merinci isu dan informasi seperti apa yang dimaksud. Ia hanya berpesan agar semua lapisan masyarakat di Kabupaten Sintang tetap menjaga keharmonisan.
Pada momen Ramadan atau bulan puasa ini, Askiman mendorong masyarakat untuk memperkuat toleransi antara satu dengan lainnya di Kabupaten Sintang.
Di hadapan jemaah Masjid Baiturrahim Desa Ampar Bedang, Askiman menyampaikan, Safari Ramadan ini untuk menjalin silaturahmi antara masyarakat dengan instansi pemerintah.
Selain itu, untuk menyamakan persepsi dalam meneruskan pembangunan, menyerap aspirasi masyarakat, menyampaikan informasi pembangunan dan pemberdayaan serta sarana komunikasi yang baik.
“Kegiatan Safari Ramadan ini juga sebagai langkah Pemerintah Kabupaten Sintang untuk mewujudkan visi dan misi masyarakay Kabupaten yang religius dan juga meningkatkan pemahaman, penghayatan serta pengamalan agama dalam kehidupan sosial,” papar Askiman.
Dalam kesempatan tersebut, Askiman mendukung pembangunan Masjid Baiturrahim. Disilahkannya untuk mengajukan proposal jauh-jauh hari ke Pemkab Sintang.
“Karena mulai Tahun Anggaran 2019, Pemkab Sintang sudah menggunakan sisteme-Budgeting dan mulai Juni 2018 sudah ajukan rencana 2019 secara online,” ungkap Askiman
Soal permintaan pembangunan SD Jarak Jauh di Dusun Betung Sari. Silakan ajukan permohonan tetapi harus cepat. Begitu juga permohonan rabat beton, bisa dengan APBDes.
Sementara itu, Pengurus Masjid Baiturrahim Desa Ampar Bedang, Sukarso sangat berterimakasih kepada rombongan Pemkab Sintang yang mengunjungi jemaah.
“Saya berharap silaturahmi yang baik ini bisa dilanjutkan di lain waktu,” harapnya.
Masjid ini dibangun pada 1993. Kelihatan agak kumuh. Dibangun secara swadaya serta bantuan Pemerintahan Desa. Ekonomi masyarakat di sini agak kurang baik.
“Daerah kami juga kesulitan dalam hal pendidikan. Yang mana anak-anak kami harus menyeberangi Sungai Kapuas untuk sampai ke sekolahnya,” beber Sukarso. (Dex)