Jalan Hancur Bikin Harga Bapokting Membumbung

  • Whatsapp
Ilustrasi

LensaKalbar – Untuk mencapai Ibukota Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, warga Desa Tanjung Harapan harus menempuh jarak 27 Kilometer. Medannya sangat berat, apalagi di musim hujan.

“Jalan masih hancur,” kata Kepala Desa (Kades) Tanjung Harapan, Dadang mengawali cerita ketika bertemu wartawan, Minggu (20/5).

Dadang mengungkapkan, Desa Tanjung Harapan merupakan salah satu kampung di perhuluan Kabupaten Sintang, berbatasan dengan Kecamatan Ambalau.

Untuk sampai ke Ibukota Kabupaten Sintang, setidaknga membutuhkan perjalanan sehari penuh melalui jalur Sungai Melawi dengan hadangan riam yang siap mengandaskan perahu.

Selama ini warga hanya mengandalkan transportasi sungai, sebab kalau menggunakan jalur darat, untuk sampai ke Ibukota Kecamatan Serawai saja sangat sulit.

“Dengan jalan kering saja, membutuhkan waktu hampir dua jam ke ibukota kecamatan,” ungkap Dadang.

Buruknya akses ini menyebabkan harga Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) di Desa Tanjung Harapan sangat tinggi, jauh dari harapan. Untuk Elpiji 3 Kilogram saja bisa mencapai Rp45 Ribu per tabung.

Tinggi harga Bapokting ini lebih karena besarnya biaya distribusi dan warga Desa Tanjung Harapan tidak bisa berbuat apa-apa atas keadaan tersebut.

“Semua harus diangkut lewat sungai,” kata Dadang.

Tidak mengherankan bila harga ayam potong di Desa Tanjung Harapan bisa mencapai Rp60 Ribu per Kilogram. Masyarakat dipaksa memaklumi, karena biaya angkut pakan ternak yang harus didatangkan dari kota, sangat mahal.

Menurut Dadang, apabila jalur dari dari dan ke Desa Tanjung Harapan ini sudah baik, niscaya harga-harga Bapokting bisa lebih murah. Lantarab ongkos distribusi bisa ditekan.

Kini jalan bagus tersebut masih sebatas harapan. Kondisi empat jembatannya saja sangat memprihatinkan. Paling parah dua jembatan yang menghubungkan Desa Tanjung Harapan ke Ibukota Kecamatan Serawai.

Dua jembatan tersebut, yakni di Sungai Nyangai dan Nalai. Kayu-kayunya sudah lapuk. “Bentang tiap jembatan sekira 20 meter,” rinci Dadang.

Sudahlah distribusi barangnya sangat mahal, harga jual komoditas karet sebagai pengasilan utama warga Desa Tanjung Harapan, sampai saat ini tidak kunjung membaik.

“Paling mahal Rp 5.500 per Kilogram,” kata Dadang.

Kondisi ekonomi masyarakat menjadi sangat berat karena harga barang terus melonjak. Pendapatan dan pengeluaran tidak sebanding.

“Semua sudah susah,” ucap Dadang. (Dex)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *