Pemilik 39 Pohon Ganja Masih Menyesal

  • Whatsapp
Fedelis Ari menciumi anak bungsunya ketika menghirup udara bebas,Kamis (16/11) di Sintang.

LensaKalbar – Masih ingat dengan Fedelis Ari terdakwa kepemilikan 39 batang pohon ganja di Kabupaten Sanggau? Usai menjalani masa tahanan selama delapan bulan lantaran menanam pohon ganja untuk obat istrinya yang kini sudah meninggal, Aparatur Sipil Negara (ASN) itu akhirnya menghirup udara bebas, Kamis (16/11) dari Rutan Sanggau.

Pascabebas, Fedelis langsung ke Kabupaten Sintang. Dia mengambil surat bebas tertulis atas dirinya di Bapas Sintang. “Saya datang ke Sintang hanya untuk mengambik surat bebas dari Bapas,” katanya.

Meski sudah bebas dari proses hukum yang dijalaninya selama ini, Fedelis mengaku menyesal. Itu lantaran dirinya tidak bisa mengobati almarhum istrinya dari penyakit yang diderita. 39 batang pohon ganja yang ditanaminya bukan digunakan untuk hal-hal negatif. Melainkan sebagai obat untuk penyenbuhan penyakit istrinya.

“Ketika saya ditahan, saya sangat sedih karena tidak bisa merawat istri saya hingga pada akhirnya istri pun meninggal,” tuturnya.

Baca: Ingat! PPK Jangan Tergiur Money Politic

Kendati begitu, Fedelis tidak mau hanyut dalam keadaan yang sudah terjadi terhadap dirinya serta keluarganya. Kedepan ia harus bisa menjadi sosok ayah dan juga ibu bagi kedua anaknya. “Saya harus merawat dan mendidik kedua anak saya,” lirihnya.

Apakah statusnya masih ASN aktif atau tidak? Fedelis mengaku ia masih menyandang status ASN di Kabupaten Sanggau. Namun, ia harus terlebih dahulu mengambil surat keputusan bebas di Bapas Sintang.

“Jika Pemkab Sanggau meminta saya untuk kembali masuk kerja, saya siap menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai PNS di lingkungkan Pemkab Sanggau,” ungkap Fedelis.

Sementara itu, terpancar rasa kebahagian dari raut wajah Yuvensius Finito 15, anak pertama dari Fedelis. Kali ini kehidupannya terasa langkap meskipun telah kehilangan sosok ibu.

Menurut Yuvensius, sosok seorang ayah sangat penting baginya. Kedepan diharapkan dapat merawat dan mendidik dirinya serta adiknya. Sosok ayah ini pun diharapkan untuk tidak lagi menghilang dari pandangannya.

Selama sang ayah menjalani masa tahanan ia pun menjalani kehidupan sehari-harinya dengan kesendirian. Meski ada keluarga yang lain, tetap saja ia merasa sangat kehilangan sosok seorang ayah yang menjadi panutan baginya.

“Saat ini saya merasa sangat senang sekali bisa meihat ayah jarak dekat, memeluknya dan menciumnya. Suasana seperti ini sudah lama saya rindukan,” cerita Yuvensius.

Sebelaumnya, ada perasaan terpukul dan sedih amat mendalam yang dirasakanya ketika mengetahui ayah ditangkap dan ditahan. Belum hilang rasa sedih itu, Yuvensius harus kembali merasakan terpukul akibat kehilangan sosok ibu yang selama ini merawat dan membesarkannya pergi meninggalkan adik dan dirinya untuk selamanya.

“Sedih ketika adik bertanya dan memanggil ayah, sementara ayah tidak ada dirumah. Kemudian memanggil nama ibu, sementara ibu telah pergi meninggalkan kami untuk selamanya,” kisahnya.

Masa pahit itu telah berlalu. Sosok ayah yang dirindukannya telah hadir di dekat mereka. “Yang jelas saya saat ini sangat senang dan bahagia sekali bisa ketemu dan kumpul lagi sama ayah,” ucap Yuvensius. (Dex)

 

Baca Juga:

Dana Pembangunan Betang Tampun Juah Kurang Rp35 M

Lima Nama Rebutan Kursi Direktur PDAM Tirta Senentang

PETI Marak di Sintang, Kapuas dan Melawi Semakin Tercemar

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar