Beranda Feature Komitmen Jaga Kelestarian Hutan dan Populasi Orangutan

Komitmen Jaga Kelestarian Hutan dan Populasi Orangutan

Staf SOC Nurdiana (Kanan) ketika foto bersma Tokoh Masyarakat Dusun Tem’bak, Desa Gurung Mali Kecamatan Tempunak, Nayau (Kiri) di Sekolah Orangutan Tem’bak, Selasa (14/8).

*Melihat Sekolah Orangutan di Tem’bak

 

LensaKalbar –  Selasa (14/8), LensaKalbar.com mengunjungi Dusun Tem’bak Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak. Gurung Mali disebut-sebut oleh masyarakat sintang sebagai pusat pendidikan orangutan di Sintang. Wilayah itu, juga memiliki kondisi hutan yang masih primer dan dinilai layak untuk keberadaan orangutan.

Dusun Tem’bak berada sekitar 68  kilometer dari Kota Sintang.  secara administratif terletak di Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang. 90 persen infrastruktur menuju wilayah itu berstruktur tanah. Maka, tak heran pula jika musim penghujan kondisi jalan terlihat licin dan dikala musin panas jalan akan berdebu.

Tem’bak merupakan tempat reintroduksi bagi orangutan yang akan dilepasliarkan ke hutan. Pusat rehabilitasi Sekolah Orangutan Tem’bak ini pun terletak di dalam kawasan hutan primer yang berjarak kurang lebih 800 kilometer dari pemukiman masyarakat Tem’bak. Letaknya, persis diatas pegunungan.

Sekolah orangutan Tem’bak ini pun dikelola oleh Sintang Orangutan Center (SOC) yang bekerjasama dengan Yayasan Kobus.

Begitu masuk ke dalam pusat rehabilitasi ini, LensaKalbar.com pun disajikan dengan kondisi hutan yang masih primer. Udaranya begitu nyaman ketika dihirup. Disisi kanan dan kiri juga telihat pohon-pohon tua yang masih berdiri tegap dan tinggi. Tak sedikit pula orangutan didalamnya. Terdapat 13 orangutan yang sedang menjalankan pendidikan.

Disana, mereka diajarkan belajar dan bermain. Ternyata, tidak hanya manusia juga yang harus belajar dan bermain.  Buktinya, orangutan juga harus bersekolah untuk dapat belajar dan bermain. Bedanya, orangutan tak diajarkan mengenai ilmu matematika, fisika atau bahasa seperti yang dipelajari manusia pada umumnya.

Di Sekolah Orangutan Tem’bak. Mereka diajarkan untuk dapat memanjat pohon, mengenali beberapa jenis makanan alami serta mengenali lawan dan kawan mereka. Mereka semua pun dilatih dan diajarkan beberapa hal untuk dilepas secara liar. Sayangnya, LensaKalbar.com tidak diperkenankan mendekati orangutan. Apalagi, masuk hingga mendekati orangutan.

Alhasil, hanya sebatas  portal pintu masuk kawasan rehabilitasi sekolah orangutan Tem’bak yang menjadi pembatas antara LensaKalbar.com dan tempat bermain orangutan.

Staf SOC, Nurdiana yangmengelola pusat rehabilitasi orangutan di Tem’bak mengatakan, ada 13 orangutan yang sedang dilatih secara mental olehnya dan dibantu enam petugas SOC lainya.

Sekolah orangutan ini hanya mengajarkan tentang bagaiaman orangutan itu mencari makan, membuat rumah sendiri serta di didik cara memanjat dan melompat.

Sekolah ini pun dibangun sejak 2011. Namun, baru beroprasional pada tahun 2013 dengan jumlah lima individu orangutan. Untuk saat ini sudah ada 13 individu diantaranya ada lima yang masih bayi.

Nurdiana menjelaskan, 13 orangutan ini akan terus dilatih hingga mereka bisa hidup secara mandiri ketika dilepasliarkan. Sebab, ada lima kritera orangutan layak untuk dilepasliarkan. Pertama, dilihat dari  mereka sudah bisa membuat sarang atau belum. Kedua, apakah mereka sudah bisa bergerak dan memanjat dengan baik atau belum, karena ada 11 gerakan yang harus dilihat dari orangutan itu sendiri. Ketiga, apakah mereka dia sudah mengenal makanan alami dan liar dihutan, minimal 25 jenis makanan dan setengah dari 25 jenis makanan mereka harus mengenalnya. Keempat, apakah mereka sudah mengalami satu putaran ketersediaan makanan dan tidak ketersediaan makanan. Kelima, apakah mereka sudah bisa lebih menyukai habitatnya atau belum.

“80 persen orangutan ini mengkonsumsi buah. Selain itu, mereka juga makan tanah,“ jelas Nurdiana.

Kemudian, ada dua aspek rehabilitasi yang dilakukan SOC terhadap orangutan. Pertama, rehabilitasi kesehatan dan rehabilitasi tingkah laku. Sebab, dari 13 orangutan yang dilatihnya ini kebanyakan tidak memenuhi syarat. Contoh, ada orangutan yang datang ke Sekolah Orangutan Tem’bak ini lebih senang makan indomie dan minum cocacola.

“Pola makan dan minum itulah yang kita rubah di pusat rehabilitasi Sekolah Orangutan Tem’bak,” katanya.

Hampir rata-rata, orangutan yang datang ketempatnya memiliki prilaku keseharianya seperti manusia. Memang, tidak dipungkir juga bahwa DNA orangutan dan DNA manusia pada umumnya hanya selisih 3 persen.

“97 persen DNA orangutan sama dengan DNA manusia. Hanya selisih 3 persen saja untuk mendekati DNA manusia pada umumnya,” jelasnya.

Ia menyatakan, banyaknya spesies orangutan yang ditangkap dan dipelihara oleh warga, merupakan dampak pembalakan liar dan investasi perkebunan. Hasilnya, orangutan hilang tempat hidupnya.

“Mereka akhirnya lari kekebun masyarakat, pemukiman dan ditangkap warga. Masyarakat yang tidak tahu kemudian memeliharanya. Sementara, makin luasnya perkebunan, juga membuat mereka terganggu,” ujarnya.

Sekolah Orangutan Tem’bak ini memiliki luas lahan kurang lebih dua hektar dengan kondisi hutan yang masih primer dan cocok untuk orangutan kembali mengenali tempat tinggalnya serta makanan dan minumannya. Lahan dua hektar ini pun milik warga setempat yang diperuntukan untuk tempat belajar orangutan.

Keberadaan orangutan di Dusun Tem’bak juga disambut baik oleh masyarakat setempat. Buktinya, masyarakat dengan sukarela memberikan lahan mereka seluas dua hektar untuk dijadikan tempat pendidikan orangutan.

“Masyarakat dusun tidak merasa keberatan akan keberadaan orangutan diwilayahnya. Bahkan, masyarakat sangat menyambut baik keberadaan orangutan tersebut,” kata Tokoh Masyarakat Dusun Tem,Bak, Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak.

Menurutnya, orangutan adalah spesies yang termasuk langkah dan hanya ada dua di Sumatera dan di Kalimantan. Nah, untuk yang di Kalimantan Barat sendiri sudah sepatutnya kita jaga kelestarianya agar tidak punah. Sehingga kelak anak-anak kita dimasa mendatang dapat melihat secara langsung orangutan sesungguhnya itu seperti apa.

Selain itu, di Tem’bak terdapat beberapa habitat langkah yang hidup secara bebas. Namun, keberadaanya saat ini sudah terancam punah. Contoh, binatang landak. “Dulu sering kami jumpai. Bahkan menjadi ajang berburu. Tetapi untuk ssaat ini sudah susah melihatnya. Kita dulu tidak tahu kalau itu spesies yang langka dan dilindungi. Tapi, setelah kita tahu maka saya dan masyarakat di Dusun Tem’bak ini  komitmen untuk menjaga kelestarian binatang  yang hidup dihutan secara bebas,” katanya.

Nayau mengaku masyarakat Tem’bak merasa cinta terhadap orangutan. Karena cintanya dengan orangutan dan untuk menjaga kelestariannya, tidak satu pun investasi perkebunan diizinkan untuk beroprasional di wilayahnya. Sebab, dinilai mengancam kelestarian hutan dan habitat yang hidup didalamnya.

“Jadi, kami masyarakat Tem’bak sudah sepakat tidak memberikan ruang untuk investasi perkebunan masuk di wilayah Tem’bak. Karena, kita tidak mau hutan kita yang masih asri dan primer ini lalu dirusak dan dibabat habis-habisan. Belum lagi kondisi habitat yang hidup didalam hutan itu tentu akan punah akibat masuknya inventasi perkebunan,” tutur Nayau.

Terpisah, Dedi Hendri Santoso, Sub Edukasi dan Penyadartahuan SOC Sintang mengatakan, SOC memiliki 2 pusat rehabilitasi orangutan. Pertama di pusat kantor SOC di Jalan Hutan Wisata Kecamatan Sintang. Kedua, di Dusun Tem’bak Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak. Di SOC hanya sebatas pemeliharaan kesehatan secara fisik orangutan. Sementara, di Tem’bak dilakukan pendidikan orangutan agar mental mereka kuat ketika dilepasliarkan nantinya.

Sebanyak, 35 orangutan yang direhabilitasi di SOC. Dari 35 individu orangutan itu terbagi dua kelompok. Kelompok pertama ada 23 individu yang menjalani proses rehabilitasi kesehatan. Kelompok kedua, ada 13 individu yang menjalani proses pelepasliaran di Sekolah Orangutan Tem’bak.

“Sebelum dilepasliarkan, semua individu orangutan harus dalam keadaan fit. Begitu juga kondisi fisik dan mental mereka,” kata Dedi Hendri Santoso, (18/8) ketika berbincang dengan LensaKalbar.com di Kantor SOC Sintang.

Dedi mengaku 35 orangutan yang ada saat ini merupakan hasil sitaan BKSDA. Kemudian, dititipkan kepada SOC untuk dilakukan rehabilitasi secara fisik dan mental.  Populasi orangutan saat ini sangat terancam punah.

“35 orangutan itu merupakan populasi yang ada di Kalmantan Barat dan berhasil disita oleh BKSDA. Jadi keberadaannya sudah sangat terancam punah,” ungkapnya.

Untuk perkembangbiakan atau proses kawin orangutan, kata Dedi, tidak dilakukan oleh SOC. Sebab, peran SOC hanya sebatas rehabilitasi kesehatan dan tingkah laku saja.

“Proses perkembangbiakan diluar kewenangan kita. Namun, pada umumnya prosesnya kurang lebih yang dilakukan oleh manusia ketika memasuki musim kawin,” kata Dedi.

Kemudian, Dedi menyebutkan tidak lama lagi pihaknya akan merilis tujuh orangutan yang sudah siap secara kesehatan dan mental untuk dilepasliarkan. Lokasi pelepasliaran orangutan pun telah disurvei dengan melihat ketersediaan bahan makanan dan kondisi hutan apakah layak atau tidaknya orangutan berada disana. Hasilnya, SOC dan BKSDA memilih Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu sebagai tempat pelepasliaran tujuh orangutan.

“Sudah kita survei. Taman Betung Kerihun memenuhi syarat dan kriteria untuk orangutan tetap bertahan hidup secara liar. Beberapa makanan alami seperti, buah-buahan, daun muda umbut-umbutan, kulit kayu, serangga dan rayap juga tersedia disana,” paparnya.

Sementara, Wakil Bupati Sintang, Askiman menyatakan bahwa pemerintah Sintang sangat mendukung akan adanya aktifitas orangutan di Dusun Tem’bak itu.  Hanya saja, kewenangan penuh dalam menjaga kelestariannya ada di BKSDA.

“Pemerintah Sintang hanya akan melihat apa saja sisi yang pantas  yang bisa menjadi bagian dari pemerintah dalam menjaga hutan primer dan kelestarian orangutan itu,” kata Askiman.

Untuk saat ini, tambah Askiman, Pemerintah Kabupaten Sintang sedang fokus memperbaiki infrastruktur jalan menuju ke Tem’bak. Sehingga, disana bisa menjadi perhatian lebih baik lagi.  Sebab, disana merupakan wilayah terpencil dan tertinggal. (Dex)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here